Di lereng gunung di daerah Flores, sekelompok ibu-ibu pengrajin tenun tradisional menjalankan usaha kecil dengan alat tenun tangan. Selama bertahun-tahun, karya mereka hanya dibeli oleh wisatawan yang kebetulan lewat. Pendapatan minim, padahal kualitas tenun mereka sangat tinggi. Semuanya berubah ketika seorang relawan muda memperkenalkan mereka pada platform digital. Ia membantu membuat akun Instagram, merekam proses menenun, dan menjelaskan nilai budaya di balik motif-motif tradisional. Responsnya luar biasa. Orang-orang dari luar negeri mulai tertarik, tak hanya karena keindahan tenunnya, tapi juga karena kisah di baliknya. Produk mulai dijual lewat toko online, dan pembayaran dilakukan melalui e-wallet dan transfer bank. Dengan keuntungan yang meningkat, kelompok ibu-ibu ini kini bisa menyekolahkan anak-anak mereka lebih tinggi, memperbaiki rumah, dan membeli alat tenun yang lebih baik. Mereka juga membuka kelas bagi anak muda desa agar warisan ini terus hidup. Digitalisasi UMKM telah menjadi jembatan antara budaya lokal dan pasar global, membuka harapan baru bagi mereka yang sebelumnya tak terdengar.
Kembali ke Beranda